Cerita ini adalah cerita beberapa bulan lalu tentang mengantarkan kakak berangkat menuju mekah al
mukarramah dan ke madinah al munawarrah guna melengkapi rukun islam yang
lima. Setelah syahadat, shalat, zakat, puasa dan malam tadi giliran
ibadah haji segera dilaksanakan. Ibadah yang akan sangat berat karena
ini adalah ibadah yang memerlukan fisik prima, dimulai dengan tawaf,
sai, lempar jumrah, hingga berkumpul di padang arafah. belum lagi
perjalanan yang ditempuh sangat jauh, melewati samudra hindia, negara
india, pakistan, afganistan menuju arab saudi, belum lagi kondisi cuaca
yang sangat panas, tentu akan membuat badan bekerja keras untuk
beradaptasi. selain ritual fisik yang berat, lebih berat lagi meluruskan
niat dalam melaksanakan haji, jangan sampai jatuh niat untuk sombong,
pamer, riya hingga berbangga diri yang hanya akan menghanguskan makna
ibadah haji.
Selesai shalat jumat, dilakukan pengajian dirumah dengan niat tasyakur
bin nikmat, tapi yang lebih lagi adalah meminta doa dari para tetangga,
serta bermusafahah demi meringankan kaki untuk melangkah ke Rumah-Nya.
selepas ashar tamu tamu berdatangan untuk saling bersilaturahmi dan
saling mendoakan tak henti-hentinya smapai waktunya keberangkatan.
tetangga, teman kerja, teman ngaji, keluarga yang dekat, keluarga dari
lembur, keluarga dari kidul bergantian datang. hari ini ucapan ucapan
penuh syukur melingkupi suasana.
Hinggga saatnya tiba untuk berangkat,
jam menunjukan jam sepuluh malam, kedua calon haji merendahkan dirinya
dihadapan kedua ibu, dua orang ibu yang telah membesarkan anak anaknya,
dua ibu yang telah ditinggalkan oleh suaminya masing masing. dua ibu
yang waktunya dipenuhi oleh doa.untuk anak anaknya. yang entah dengan
air mata apa mereka melepaskan calon haji, adakah itu tanda suka,
bahagia, ataukah itu tanda was was karena anak anaknya akan pergi jauh.
dengan air mata yang meleleh mereka memohon ampun, memohon berkah dan
keridhaan dari ibu yang telah membesarkan mereka.
Selesai dua ibu
memberikan ridha dan doanya lalu ang adin, ajengan dari Pesantren Cibeunter yang juga merupakan teman nyantri dulu A Syamsi si calon haji,
merapalkan doa doa dan mengingatkan kembali kepada calon haji untuk
meniatkan kembali haji nya hanya untuk Allah, untuk memenuhi
kerinduannya untuk bertemu sang kekasih, untuk menyerahkan dirinya
kepada allah dan hanya allah. Lalu dengan langkah kaki kanan A Syamsi
dan teh Leli meninggalkan rumah yang telah meneduhi hari hari yang
panas, dan melindungi dari dinginnya malam menuju Kabah.
keluarga menyalami satu persatu, sekali lagi doa doa untuk kekuatan dan kelancaran ibadahnya diikrarkan. ketiga anaknya berurai air mata, mungkin mereka sedih. tapi ingatlah pengorbanan nabi ismail anak anakku. demi keridhaan allah beliau rela untuk disembelih ayahnya. begitupun kalian, ikhlaskan orang tuamu untuk menyempurnkan rukun, pergi menemui sang kekasih, Allah SWT. dan ringankanlah pengorbanan mereka yang harus meninggalkan kalian sementara. supaya ibadahnya tenang, dan bisa berkumpul kembali dalam keadaan yang lebih baik.
keluarga menyalami satu persatu, sekali lagi doa doa untuk kekuatan dan kelancaran ibadahnya diikrarkan. ketiga anaknya berurai air mata, mungkin mereka sedih. tapi ingatlah pengorbanan nabi ismail anak anakku. demi keridhaan allah beliau rela untuk disembelih ayahnya. begitupun kalian, ikhlaskan orang tuamu untuk menyempurnkan rukun, pergi menemui sang kekasih, Allah SWT. dan ringankanlah pengorbanan mereka yang harus meninggalkan kalian sementara. supaya ibadahnya tenang, dan bisa berkumpul kembali dalam keadaan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar