Sabtu, 10 Maret 2012

APA (sebuah nama)

Ketika orang yang merantau jauh ke kota orang, dan lama tidak pulang, apakah keinginan yang yang selalu mengganggu pikiran perantau? bagi saya jawabanya adalah segera pulang ke rumah. tapi tahukah kita tujuan pulang itu untuk apa? bagi saya jawabannya adalah untuk menemui kedua orang tua. lalu kita akan duduk sama-sama. pertama-tama kita akan saling menanyakan kesehatan, lalu bercerita tentang aktivitas yang telah kita lakukan.
Jawaban itu adalah jawaban untuk situasi dahulu ketika kedua orang tua masih ada, sementara, saat ini ketika pulang, hanya ada ibuku yang menyambutku. masih dengan gaya penyambutan yang sama. menjawab salam, mencium tangannya, lalu duduk diruang tamu, dan semuanya dengan komunikasi yang canggung. bukan karena hubungan kita tidak baik, tapi itulah gaya komunikasi kita (entah mengapa...). rasanya dua orang yang menyambut lebih baik daripada satu orang yang menyambut.
Apa-ku sudah tiga tahun ini berpulang. beliau dimakamkan di tepi Sungai Citanduy, sekitar 1 km dari rumah, dibawah pohon kelapa.
ketika Apa-ku masih hidup, setiap pulang kita pasti ngobrol. Ngobrol yang dimaksud, tidak seperti ngobrol pada acara TV, yang begitu mengalir dinamis, terkonsep dan mengarahkan pola pikir kita. Ngobrolnya kita adalah ngobrol yang terpatah-patah, rasanya lebih banyak jedanya dari pada ngobrolnya. rasanya lebih banyak nyeruput kopi hitamnya dari pada membahas tema obrolannya.
tapi rasanya jsutru saat-saat seperti itulah yang sekarang saya rindukan. Ketika ada masalah, saya akan bercerita kepada Apa, bahwa dia tidak memberikan solusi adalah hal lain. tapi yang diberikan dia adalah ketenangan dan keyakinan bahwa semua bisa diselesaikan!!! Sialan SAYA RINDU DIA.
Beberapa hari yang lalu, ketika saya bisa bangun pagi, saya lihat ustad Mansyur di TV. Tausiah yang saya ingat adalah: ketika kita menginginkan sesuatu, maka supaya sesuatu itu berhasil maka datangilah kedua orang tuamu, lalu cium tangannya, lalu utarakan keinginan kita dan mohonlah doa dari kedua orang tua kita. lalu kalau orang tua kita sudah meninggal: datanglah ke makamnya lalu ceritakan keinginan kita dan niatkan bahwa keinginan baik kita itu pahalanya untuk kedua orang tua kita. Sialan, saya jadi tambah pengen pulang.

Lalu entah bulan lalu, entah kapan. saya diskusi denga senior di kantor dan dia memberi nasihat: bahagiakanlah Orang Tua mu, apalgi jika sekarang masih ada! Sialan lagi, saya pengen pulang.
bari ngalamun ka lembur, yu urang ngdangukeun degung, kanggo ubar pangbeberah manah.

Ukur cimata nu jadi ubarna
Rasa kasono
teu weuleh ngadodoho

Sanajan urang paanggang
Hate mah paanjang anjang
Sanajan urang papisah
Ka Gusti Urang sumerah diri

Kieu buktina
Kedah kieu nasibna


Tidak ada komentar:

Posting Komentar